
Tim Partisipan EWC Dota 2 Riyadh Masters 2025 Protes: Panggung Terlalu Sempit, Format Bikin Frustrasi?
Tim Partisipan EWC Dota 2 Riyadh Masters 2025 Protes
Beritagameku – Drama panas mewarnai gelaran Riyadh Masters 2025, salah satu turnamen Dota 2 terbesar di bawah naungan Esports World Cup (EWC). Bukan hanya soal permainan atau hasil pertandingan, tapi protes keras datang langsung dari para pemain dan manajer tim peserta—yang merasa bahwa pengaturan panggung pertandingan justru mengganggu performa mereka.
Korb3n (Team Spirit): “90% Tim Playoff Nggak Puas”
Sinyal protes pertama datang dari Dmitry “Korb3n” Belov, manajer dari tim papan atas asal Rusia, Team Spirit. Lewat channel Telegram pribadinya, Korb3n mengungkapkan bahwa hampir seluruh tim yang lolos ke babak playoff menyuarakan ketidakpuasan terhadap jarak antar meja tim di arena pertandingan.
“Penempatan meja yang terlalu dekat itu keputusan yang sangat buruk. 90% tim yang lolos playoff nggak senang sama sekali,” tulis Korb3n.
Ia juga mengungkapkan bahwa karena situasi ini, para manajer tim sampai harus membuat konferensi darurat di Discord untuk berdiskusi dan mencari solusi atas masalah ini secara kolektif. Sayangnya, menurut Korb3n, hasil dari diskusi itu nihil alias “hasilnya ****”.
Privasi Pemain Terancam, Fokus Buyar di Tengah Laga
Masalah utama yang dipermasalahkan bukan sekadar estetika atau kenyamanan semata. Tapi lebih pada dampak langsung ke fokus dan strategi tim selama pertandingan.
Layout panggung yang digunakan di Riyadh Masters 2025 disebut terlalu “padat”. Bahkan, jarak antar meja tim lawan disebut hanya sejangkau tangan, yang artinya:
-
Suara komunikasi antar pemain bisa terdengar jelas oleh lawan
-
Gerakan mouse atau gesture pemain bisa terlihat langsung
-
Fokus pemain terganggu karena terlalu dekatnya interaksi visual dan suara dari tim sebelah
Beberapa pemain bahkan mengaku mereka harus menahan bicara atau menyembunyikan reaksi, agar strategi mereka tidak “bocor” ke meja sebelah.
Rapat Darurat Para Manajer, Tapi Panitia “Cuek Bebek”
Menanggapi keresahan ini, para manajer dari berbagai tim yang ikut playoff langsung mengambil inisiatif menggelar rapat dadakan lewat Discord. Mereka ingin menyuarakan protes bersama dan berharap pihak penyelenggara segera mengatur ulang panggung.
Sayangnya, pihak panitia justru tidak menanggapi keluhan ini dengan serius. Hingga artikel ini ditulis, belum ada tindakan nyata ataupun pengumuman resmi dari pihak EWC soal rencana penyesuaian layout panggung.
Bahkan, pihak penyelenggara belum memberi komentar publik meski protes ini sudah mulai ramai dibahas di media sosial dan kanal komunitas Dota 2.
Ammar “ATF”: Format Riyadh Masters 2025 Aneh, Tapi Eksekusinya Bagus
Selain masalah teknis di panggung, komentar menarik juga datang dari Ammar “ATF” Al-Assaf, salah satu pro player Dota 2 yang dikenal vokal di komunitas.
Lewat siaran Twitch-nya, ATF mengungkapkan bahwa format pertandingan Riyadh Masters 2025 terasa aneh dan terlalu kejam.
“Turnamen ini punya eksekusi bagus, tapi format-nya… susah dimengerti. Sekali kalah langsung pulang? Gila sih,” ujar ATF.
Dia menyoroti bahwa sejak decider stage, semua pertandingan sudah berjalan dengan sistem gugur langsung alias single elimination, tanpa adanya lower bracket seperti turnamen-turnamen Dota 2 pada umumnya. Artinya, sekali kalah, langsung tersingkir.
Harga Kekalahan Sangat Mahal
Di sistem seperti ini, tidak ada ruang untuk kesalahan. Satu match buruk bisa menghancurkan seluruh perjalanan tim di turnamen. Ini sangat berbeda dengan The International atau turnamen major lainnya, di mana tim yang kalah masih punya kesempatan bertahan lewat lower bracket.
Beberapa tim top dunia pun tereliminasi lebih cepat dari dugaan hanya karena kalah di satu pertandingan, bukan karena performa buruk secara keseluruhan.
Kritik ATF Juga Sentil Eks Timnya, Team Falcons
Sebagai tambahan, ATF juga menyindir menurunnya performa mantan timnya, Team Falcons, yang dinilai kurang siap secara mental dan taktik di Riyadh Masters 2025. Meski tidak menyebut nama secara langsung, ATF mengindikasikan bahwa beberapa tim tidak melakukan persiapan matang menghadapi format “brutal” ini.
Akankah EWC Menanggapi? Fans Menunggu Kejelasan
Sampai saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak EWC maupun penyelenggara lokal Riyadh Masters 2025. Komunitas Dota 2 menanti apakah keluhan ini akan dijadikan pelajaran untuk event mendatang atau justru diabaikan.
Banyak fans menyayangkan keputusan-keputusan teknis yang seharusnya bisa dihindari sejak awal. Apalagi turnamen ini berskala internasional, melibatkan puluhan tim top dunia, dan memperebutkan prize pool besar.
Kesimpulan: Riyadh Masters 2025, Turnamen Bergengsi Penuh Kontroversi
Riyadh Masters 2025 memang menyajikan panggung megah dan hadiah besar, tapi sayangnya diwarnai protes dari para peserta sendiri. Mulai dari jarak antar meja yang terlalu sempit, privasi pemain yang terganggu, hingga format gugur yang dinilai terlalu ketat—semuanya menyatu jadi catatan penting untuk pihak penyelenggara.
Apakah EWC akan bertindak? Atau drama ini akan terus berlanjut hingga akhir turnamen? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.