Faker Ingin Bikin Game Sendiri: Sulit, Brutal, dan Bikin Puas Saat Tamat!
Beritagameku – Faker, ikon legendaris dari League of Legends (LoL), ternyata punya ambisi besar di luar panggung kompetitif. Dalam wawancara eksklusif dengan Esports Insider, pemain T1 yang dikenal sebagai “Unkillable Demon King” ini mengungkapkan mimpinya: membuat game sendiri yang super sulit dan menantang.
“Kalau suatu hari saya membuat game, saya ingin game itu benar-benar sulit, supaya saat pemain menamatkannya, mereka merasa sangat puas,” ujar Faker.
Pernyataan tersebut langsung mengingatkan kita pada genre Soulslike—game yang dikenal brutal, menuntut kesabaran, dan menguji mental para pemain. Dalam jenis game ini, pemain biasanya memulai dalam kondisi lemah, lalu perlahan belajar dari kegagalan, hingga akhirnya berhasil menaklukkan musuh yang semula tampak mustahil. Itulah sensasi kemenangan yang ingin Faker hadirkan.

Genre Sulit, Tapi Memuaskan
Keinginan Faker ini mungkin terdengar mengerikan bagi gamer kasual. Namun, buat dia, tantangan adalah bagian paling penting dari pengalaman bermain. Apalagi, Korea Selatan sendiri sudah membuktikan mampu menghasilkan game Soulslike berkualitas lewat Lies of P, buatan Round8 Studio. Jika Faker serius, bukan mustahil dia bisa terlibat langsung—baik lewat kolaborasi atau bahkan membangun studio sendiri.
Faker Bukan Cuma Jago di LoL
Meskipun dikenal sebagai dewa League of Legends, Faker sering terlihat memainkan berbagai genre game saat streaming. Mulai dari horor seperti Little Nightmares, platformer sulit seperti Jump King dan Pogostuck, sampai game ritme seperti A Dance of Fire and Ice. Bahkan ia juga sempat main game puzzle fisika Poly Bridge sambil nunggu pick champion—sebuah kebiasaan yang kini ditiru banyak pemain pro lainnya.
Setelah Pensiun, Bikin Game?
Walaupun proyek game versi Faker belum benar-benar dimulai, peluangnya selalu terbuka—terutama setelah ia pensiun dari panggung kompetitif. Dengan pengaruh besar dan pemahaman mendalam soal kualitas gameplay, Faker bisa jadi kreator game hardcore yang benar-benar berbeda dari kebanyakan bintang esports lainnya.
Lebih dari Sekadar Kemenangan: Filosofi Baru Faker di MSI 2025
Saat ini Faker masih aktif bertanding di Mid-Season Invitational (MSI) 2025 di Vancouver. Namun menariknya, motivasinya kini bukan hanya soal menang dan trofi.
“Tujuan utama saya sekarang adalah menginspirasi rekan-rekan saya dengan performa yang baik,” ujarnya dalam wawancara yang sama.
Untuk menunjang hal itu, ia fokus pada hal-hal mendasar seperti tidur cukup dan meditasi dua kali sehari agar selalu tampil optimal. Sebuah pendekatan yang memperlihatkan sisi dewasa dari seorang atlet esports veteran.
Panutan yang Tetap Membumi
Dengan karier lebih dari satu dekade dan sederet trofi internasional, Faker telah menjadi panutan tak hanya bagi komunitas LoL, tetapi juga bagi seluruh dunia esports. Banyak pemain muda bermimpi untuk mencapai—walau hanya sebagian kecil—dari apa yang telah diraih sang legenda.
Menariknya, meski sudah mendunia, Faker tetap pribadi yang rendah hati. Ia mengaku tak terlalu mengikuti budaya selebritas, bahkan kerap tidak tahu siapa artis yang ia temui. Namun ada satu pertemuan yang sangat ia ingat:
“Tahun lalu setelah Worlds, saya bertemu Son Heung-min. Kami saling menyemangati. Itu momen yang sangat berkesan,” ungkapnya.
Legenda yang Belum Selesai Berkarya
Dengan sikap disiplin, filosofi bermain yang dewasa, dan mimpi besar untuk menciptakan game brutal nan memuaskan, Faker membuktikan bahwa dirinya bukan hanya bintang LoL, tapi juga ikon sejati dunia esports.
Apakah suatu hari nanti kita akan melihat game buatan Faker di rak-rak digital? Belum ada yang pasti. Tapi satu hal yang jelas—jika itu terjadi, siap-siap untuk game yang bukan cuma bikin stress, tapi juga bikin bangga saat berhasil menamatkannya.
 
         
        